Selasa, 24 April 2012



 NEISSERIA GONORRHOEAE

Neisserriae Gonorrhoeae termasuk dalam spesies Neisseria. Neisseria merupakan cocci gram negatif yang biasanya berpasangan. Bakteri ini adalah patogen pada manusia dan biasanya ditemukan bergabung atau di dalam sel polimorfonuklear. Pada gonococci memiliki 70% DNA homolog, tidak memiliki kapsul polisakarida, memiliki plasmid. Gonococci paling baik tumbuh pada media yang mengandung substansi organik yang kompleks seperti darah yang dipanaskan, hemin, protein hewan dan dalam ruang udara yang mengandung 5% CO2. Gonococci hanya memfermentasi glukosa dan berbeda dari neisseriae lain. Gonococci biasanya menghasilkan koloni yang lebih kecil dibandingkan neisseria lain.
Gonococci menampakan beberapa tipe morfologi dari koloninya, tetapi hanya bakteri berpili yang tampak virulen. Gonococci memiliki gen yang jamak, namun hanya satu gen yang dimasukkan ke dalam daerah penampakan. Gonococci menghilangkan seluruh atau sebagian dari gen pilin yang lain. Mekanisme ini membuat gonococci dapat muncul dalam berbagai bentuk molekul pilin sepanjang waktu. Gonococci yang berbentuk koloni yang pekat (opaque) saja yang diisolasi dari manusia dengan gejala urethritis (peradangan uretra) dan dari kultur uterine cervical pada siklus pertengahan
STRUKTUR ANTIGEN
N. gonorrhoeae adalah antigen yang heterogen dan mampu berubah struktur permukaannya pada tabung uji (in vitro) yang diasumsikan berada dalam organisme hidup (in vivo) untuk menghindar dari pertahanan inang.
A. Pili : pili adalah tentakel berbentuk rambut yang dapat memanjang hingga beberapa mikrometer dari permukaan gonococci. Perpanjangan tersebut menempel pada sel inang dan resisten terhadap fagositosis.
B. Por : por membesar hingga mencapai membran sel gonococci. Ini terjadi di dalam trimer untuk pori-pori pada permukaan melalui nutrisi yang masuk ke dalam sel. Berat molekul por sangat bervariasi dari 34000 hingga 37000.
C. Opa : protein ini berfungsi dalam adhesi gonococci di dalam koloni dan dalam penempelan gonococci pada sel inang, khususnya sel-sel yang menampilkan antigen
karsinoembrionik. Opa terdapat pada gonococci dari koloni pekat tapi mungkin tidak terdapat pada koloni transparan.
D. Rmp : protein ini secara antigen tersimpan di semua gonococci. Protein ini adalah reduction-modifable protein (Rmp) dan mengubah berat molekulnya pada saat terjadi reduksi. Mereka bergabung dengan Por saat pembentukan pori-pori pada permukaan sel.
E. Lipooligosakarida (LOS) : berbeda dengan batang enterik gram negatif, gonococci LPS tidak memiliki rantai antigen-O panjang dan disebut dengan lipooligosakarida.
PATOGENESIS, PATOLOGI, DAN TEMUAN KLINIS
Gonococci yang berbentuk koloni yang pekat (opaque) saja yang diisolasi dari manusia dengan gejala urethritis (peradangan urea) dan dari kultur “uterine cervical” pada siklus pertengahan. Gonococci yang koloninya berbentuk transparan diisolasi dari infeksi urethral yang tidak bergejala, dari menstruasi dan dari bentuk invasif dari gonorrhea, termasuk salpingitis dan infeksi diseminasi.
Gonococci menyerang membran selaput lendir dari saluran genitourinaria, mata, rektum dan tenggorokan, menghasilkan nanah akut yang mengarah ke invasi jaringan; hal yang diikuti dengan inflamasi kronis dan fibrosis. Pada pria, biasanya terjadi peradangan uretra, nanah berwarna kuning dan kental, disertai rasa sakit ketika kencing. Infeksi urethral pada pria dapat menjadi penyakit tanpa gejala. Pada wanita, infeksi primer terjadi di endoserviks dan menyebar ke urethra dan vagina, meningkatkan sekresi cairan mukopurulen. Ini dapat berkembang ke tuba uterina, menyebabkan salpingitis, fibrosis dan obliterasi tuba.
Bakterimia yang disebabkan oleh gonococci mengarah pada lesi kulit (terutama Papula dan Pustula yang hemoragis) yang terdapat pada tangan, lengan, kaki dan tenosynovitis dan arthritis bernanah yang biasanya terjadi pada lutut, pergelangan kaki dan tangan. Endocarditis yang disebabkan oleh gonococci kurang dikenal namun merupakan infeksi yang cukup parah. Gonococci kadang dapat menyebabkan meningitis dan infeksi pada mata orang dewasa; penyakit tersebut memiliki manisfestasi yang sama dengan yang disebabkan oleh meningococci.
Opthalmia neonatorum yang disebabkan oleh gonococci, yaitu suatu infeksi mata pada bayi yang baru lahir, didapat selama bayi berada di saluran lahir yang terinfeksi. Gonococci yang menyebabkan infeksi lokal biasanya sensitif terhadap serum tetapi relatif
resistan terhadap antimikroba. Sebaliknya, gonococci yang masuk ke aliran darah dan menimbulkan infeksi yang luas biasanya resisten terhadap serum tapi mungkin cukup sensitif terhadap penicillin dan obat antimikroba lainnya.
PENGOBATAN
Karena penggunaan penicillin yang sudah meluas, resistensi gonococci terhadap penicillin juga meningkat, namun karena seleksi dari kromosom yang bermutasi, maka banyak strain membutuhkan penicillin G dalam konsentrasi tinggi yang dapat menghambat pertumbuhan gonococci tersebut(MIC ≥ 2μg/mL). N. Gonorrhea yang memproduksi penicillinase (PPNG, Penicillinase Producing N. gonorrhea) juga meningkat secara meluas. Resistensi terhadap tetracycline (MIC ≥ 2μg/mL) secara kromosomal sering ditemui, dengan 40% atau lebih gonococci yang resisten pada tingkat ini. Tingkat resistensi yang tinggi terhadap tetracycline (MIC ≥ 32μg/mL) juga terjadi. Resistensi terhadap spectinomycin seperti halnya resistensi terhadap antimikroba lain Pelayanan Kesehatan Masyarakat AS merekomendasikan untuk mengobati infeksi genital yang bukan komplikasi dengan ceftriaxone 125mg secara intramuskular dengan dosis sekali pakai. Terapi tambahan dengan doxycycline 100mg 2 kali sehari selama 7 hari(per oral) direkomendasikan untuk infeksi concomitant chlamydia; erythromycin 500mg 4x sehari selama 7 hari (per oral) sebagai pengganti doxycycline bagi wanita hamil. Modifikasi darin terapi-terapi ini direkomendasikan untuk jenis infeksi N. gonorrhea yang lain.

CHLAMYDIA TRACHOMATIS


Pendahuluan:

Chlamydia tergolong salah satu penyakit menular seksual (sexual transmitted diseases), seperti kencing nanah, sifilis, dan tentu HIV/AIDS. Bedanya dengan HIV, chlamydia masih bisa disembuhkan. Manusia adalah inang alami untuk C trachomatis.
Infeksi Chlamydia trachomatis pada banyak negara merupakan penyebab utama infeksi yang ditularkan melalui hubungan seksual. Laporan WHO tahun 1995 menunjukkan bahwa infeksi oleh C. trachomatis diperkirakan 89 juta orang. Di Indonesia sendiri sampai saat ini belum ada angka yang pasti mengenai infeksi C. trachomatis
Infeksi C. trachomatis sampai saat ini masih merupakan problematik karena keluhan ringan, kesukaran fasilitas diagnostik, mudah menjadi kronis dan residif, dan mungkin menyebabkan komplikasi yang serius seperti infertilitas dan kehamilan ektopik.
Selain menular pada kelamin, chlamydia tak jarang pula bisa ditularkan lewat liang dubur jika melakukan sodomi. Dapat pula melalui rongga mulut jika melakukan oral seks dengan pasangan seks yang positif chlamydia. Namun, bukan penyakitnya benar yang dirisaukan, melainkan komplikasi yang mungkin ditimbulkannya. Salah satu komplikasi yang mungkin timbul di kalangan orang modern menambah besar angka kemandulan pada pihak istri.

1.     ASPEK BIOLOGI

a. Morfologi

Chlamydia merupakan bakteri obligat intraselular, hanya dapat berkembang biak di dalam sel eukariot hidup dengan membentuk semacam koloni atau mikrokoloni yang disebut Badan Inklusi (BI). Chlamydia membelah secara benary fision dalam badan intrasitoplasma.
C. trachomatis berbeda dari kebanyakkan bakteri karena berkembang mengikuti suatu siklus pertumbuhan yang unik dalam dua bentuk yang berbeda, yaitu berupa Badan Inisial. Badan Elementer (BE) dan Badan Retikulat (BR) atau Badan Inisial. Badan elementer ukurannya lebih kecil (300 nm) terletak ekstraselular dan merupakan bentuk yang infeksius, sedangkan badan retikulat lebih besar (1 um), terletak intraselular dan tidak infeksius.
Morfologi inklusinya adalah bulat dan terdapat glikogen di dalamnya. C. trachomatis peka terhadap sulfonamida, memiliki plasmid, dan jumlah serovarnya adalah 15.
b. Klasifikasi
Klasifikasi Ilmiah dari Chlamydia trachomatis adalah sebagai berikut:
Ordo : Chlamydiales
Famili : Chlamydiaceae
Genus : Chlamydia
Spesies : Chlamydia trachomatis
c. Siklus Hidup
Secara singkat, perkembangan C.trachomatis adalah sebagai berikut:

2. PENYAKI T YANG DITIMBULKAN


Penyebab penyakit

Chlamydia trachomatis, imunotipe D sampai dengan K, ditemukan pada 35 – 50 % dari kasus uretritis non gonokokus di AS.

Jenis Penyakit, Penyebaran dan Penularan

Infeksi pada Pria

- Uretritis
Infeksi di uretra merupakan manifestasi primer infeksi chlamydia. Masa inkubasi untuk uretritis yang disebabkan oleh C. trachomatis bervariasi dari sekitar 1 – 3 minggu. Pasien dengan chlamydia, uretritis mengeluh adanya duh tubuh yang jernih dan nyeri pada waktu buang air kecil (dysuria). Infeksi uretra oleh karena chlamydia ini dapat juga terjadi asimtomatik. Diagnosis uretritis pada pria dapat ditegakkan dengan pemeriksaan pewarnaan Gram atau biru methylene dari sedian apus uretra. Bila jumlah lekosit PMN melebihi 5 pada pembesaran 1000 x merupakan indikasi uretritis. Perlu diketahui bahwa sampai 25% pria yang menderita gonore, diserta infeksi chlamydia. Bila uretritis karena chlamydia tidak diobati sempurna, infeksi dapat menjalar ke uretra posterio dan menyebabkan epididimitis dan mungkin prostatitis.
- Proktitis
C. trachomatis dapat menyebabkan proktitis terutama pada pria homoseks. Keluhan penderita ringan dimana dapat ditemukan cairan mukus dari rektum dan tanda-tanda iritasi, berupa nyeri pada rektum dan perdarahan.
- Epididimitis
Sering kali disebabkan oleh C. trachomatis, yang dapat diisolasi dari uretra atau dari aspirasi epididimis. Dari hasil penelitian terakhir mengatakan bahwa C. trachomatis
merupakan penyebab utama epididimitis pada pria kurang dari 35 tahun (sekitar 70 -90%).
Secara klinis, chlamydial epididimitis dijumpai berupa nyeri dan pembengkakan
scrotum yang unilateral dan biasanya berhubungan dengan chlamydial uretritis, walaupun uretritisnya asimptomatik.
- Prostatitis
Setengah dari pria dengan prostatitis, sebelumnya dimulai dengan gonore atau uretritis non gonore. Infeksi C. trachomatis pada prostat dan epididimis pada umumnya merupakan penyebab infertilitas pada pria.
- Sindroma Reiter
Suatu sindroma yang terdiri dari tiga gejala yaitu: artritis, uretritis dan konjungtivitis, yang dikaitkan dengan infeksi genital oleh C. trachomatis. Hal ini disokong dengan ditemukannya “Badan Elementer” dari C. trachomatis pada sendi penderita dengan menggunakan teknik Direct Immunofluerescence.

Infeksi pada Wanita

Sekitar setengah dari wanita dengan infeksi C. trachomatis di daerah genital ditandai dengan  nyeri pada waktu buang air kecil, sedangkan yang lainnya tidak ada keluhan yang jelas. Pada penyelidikan pada wanita usia reproduktif yang datang ke klinik dengan gejala-gejala infeksi traktus urinarius 10 % ditemukan carier C. trachomatis.


Faktor resiko infeksi C. trachomatis pada wanita adalah :
- Usia muda, kurang dari 25 tahun
- Mitra seksual dengan uretritis
- Multi mitra seksual
- Swab endoserviks yang menimbulkan perdarahan
- Adanya sekret endoserviks yang mukopurulen
- Memakai kontrasepsi “non barier” atau tanpa kontrasepsi.
- Servisitis
Chlamydia trachomatis menyerang epitel silindris mukosa serviks. Tidak ada gejala-gejala yang khas membedakan servisitis karena C. trachomatis dan servisitis karena organisme lain. Pada pemeriksaan dijumpai duh tubuh yang mukopurulen dan serviks yang ektopi.
Pada penelitian yang menghubungkan servisitis dengan ektopi serviks, prevalerisi servisitis yang disebabkan C. trachomatis lebih banyak ditemukan pada penderita yang menunjukkan ektopi serviks dibandingkan yang tidak ektopi. Penggunaan kontrasepsi oral dapat menambah resiko infeksi Chlamydia trachomatis pada serviks, oleh karena kontrasepsi oral dapat menyebabkan ektopi serviks.
- Endometritis
Servisitis oleh karena infeksi C. trachomatis dapat meluas ke endometrium sehingga terjadi endometritis. Tanda dari endometritis antara lain menorrhagia dan nyeri panggul yang ringan. Pada pemeriksaan laboratorium, chlamydia dapat ditemukan pada aspirat endometrium.
- Salfingitis (PID)
Salfingitis terjadi oleh karena penjalaran infeksi secara ascenden sehingga infeksi sampai ke tuba dan menyebabkan kerusakan pada tuba (terjadi tuba scarring). Hal ini dapat menyebabkan infertilitas dan kehamilan ektopik. Wanita dengan PID, lebih separuh disebabkan oleh chlamydia, umumnya mengeluh rasa tidak enak terus di perut bawah. Itu .lantaran infeksi menyebar ke rahim, saluran telur, indung telur, bahkan sampai ke leher rahim juga.
- Perihepatitis (Fitz - Hugh - Curtis Syndrome)
Infeksi C. trachomatis dapat meluas dari serviks melalui endometrium ke tuba dan kemudian parakolikal menuju ke diafragma kanan. Beberapa dari penyebaran ini menyerang permukaan anterior liver dan peritoneum yang berdekan sehingga menimbulkan perihepatitis. Parenchym hati tidak diserang sehingga tes fungsi hati biasanya normal.
Bila tidak diobati, kendati tidak menimbulkan keluhan berarti, penyakit bisa menjalar ke mana-mana bagian organ reproduksi baik pria maupun wanita.. Pengidap chlamydia juga lebih rentan untuk terserang HIV/AIDS dibanding yang tidak mengidapnya. Diperkirakan yang positif chlamydia 3 sampai 5 kali lebih berisiko terserang HIV/AIDS.
Selain itu chlamydia juga lebih gampang berjangkit pada mereka yang sudah memiliki penyakit menular seksual lain sebelumnya, dan berisiko tinggi pula pada mereka yang pasangan seksnya sudah positif mengidap salah satu penyakit STD.
Bayi baru lahir berisiko tertular chlamydia pada matanya jika tidak dicegah dengan salep mata begitu dilahirkan. Kuman chlamydia bisa juga menyerang selaput lendir bolamata yang dikenal sebagai penyakit trachoma. Bila dibiarkan tanpa pengobatan, trachoma bisa berakhir dengan kebutaan. Pada bayi, kuman chlamydia bisa menyerang paru-paru dan menimbulkan radang paru-paru (pneumonia).

Gejala

Gejala mula timbul dalam waktu 3-12 hari atau lebih setelah terinfeksi. Pada penis atau vagina muncul lepuhan kecil berisi cairan yang tidak disertai nyeri. Lepuhan ini berubah menjadi ulkus (luka terbuka) yang segera membaik sehingga seringkali tidak diperhatikan oleh penderitanya. Selanjutnya terjadi pembengkakan kelenjar getah bening pada salah satu atau kedua selangkangan.
Kulit diatasnya tampak merah dan teraba hangat, dan jika tidak diobati akan terbentuk lubang (sinus) di kulit yang terletak diatas kelenjar getah bening tersebut.

Dari lubang ini akan keluar nanah atau cairan kemerahan, lalu akan membaik; tetapi biasanya meninggalkan jaringan parut atau kambuh kembali. Gejala lainnya adalah demam, tidak enak badan, sakit kepala, nyeri sendi, nafsu makan berkurang, muntah, sakit punggung dan infeksi rektum yang menyebabkan keluarnya nanah bercampur darah. Akibat penyakit yang berulang dan berlangsung lama, maka pembuluh getah bening bisa mengalami penyumbatan, sehingga terjadi pembengkakan jaringan. Infeksi rektum bisa menyebabkan pembentukan jaringan parut yang selanjutnya mengakibatkan penyempitan rektum.

3. PENCEGAHAN

Cara yang paling baik untuk mencegah penularan penyakit ini adalah abstinensia (tidak melakukan hubungan seksual dengan mitra seksual yang diketahui menderita penyakit ini). Untuk mengurangi resiko tertular oleh penyakit ini, sebaiknya menjalani perilaku seksual yang aman (tidak berganti-ganti pasangan seksual atau menggunakan kondom).

4. PENGOBATAN

Penting untuk dijelaskan pada pasien dengan infeksi genital oleh C. trachomatis, mengenai resiko penularan kepada pasangan seksualnya, Contact tracing (pemeriksaan dan pengobatan partner seksual) diperlukan untuk keberhasilan pengobatan.
Untuk pengobatan dapat diberikan:


- Tetrasiklin
Tetrasiklin adalah antibodi pilihan yang sudah digunakan sejak lama untuk infeksi genitalia yang disebabkan oleh C.trachomatis. Dapat diberikan dengan dosis 4 x 500 mg/h selama 7 hari atau 4 x 250 mg/hari selama 14 hari. Analog dari tetrasiklin seperti doksisiklin dapat diberikan dengan dosis 2 x l00 mg/h selama 7 hari. Obat ini yang paling banyak dianjurkan dan merupakan drug of choice karena cara pemakaiannya yang lebih mudah dan dosisnya lebih kecil.

- Azithromisin
Azithromisin merupakan suatu terobosan baru dalam pengobatan masa sekarang. Diberikan dengan dosis tunggal l gram sekali minum.
Regimen alternatif dapat diberikan:
-Erythromycin 4 x 500 mg/hari selama 7 hari atau 4 x 250 mg/hari selama l4 hari.
-Ofloxacin 2 x 300 mg/hari selama 7 hari.
Regimen untuk wanita hamil:
-Erythromycin base 4 x 500 mg/hari selama 7 hari.
DAFTAR PUSTAKA
Anonim, 2004, Klamidia, http://www.pppl.depkes.go.id, diakses tanggal 11 Mei 2008.
Anonim, 2006, Limfogranuloma Venereum, http://www.indonesiaindonesia.com, diakses tanggal 11 Mei 2008.
Geo.F. Brooks,dkk, 1996, Mikrobiologi Kedokteran edisi 20, EGC Penerbit Buku Kedokteran, Jakarta.
Harris JRW, Foster SM., 1991, Genital Chlamydial Infection; Clinical Aspects, Diagnosis, Treatment and Prevention. In: Sexually Transmitted Diseases and AIDS, 219, Churcill Livingstone, New York.
Hutapea NO, Tarigan J., 1992, Infeksi Chlamydia di antara Mitra Seksual: Kumpulan
Makalah Ilmiah Konas VII PERDOSKI, 171, Bukit Tinggi.

Senin, 23 April 2012

FAKTOR LINGKUNGAN



4.1 Pendahuluan
         Pertumbuhan dan perkembangan bakteri sangat dipengaruhi oleh faktor lingkungan di sekitar tempat tinggal (habitatnya) di tubuh manusia atau di dalam media perbenihan, diantaranya suhu, cahaya, air, tekanan osmotik, kebutuhan oksigen dan pH.
         Dengan mengetahui  dan memperhatikan faktor yang mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangbiakan bakteri diharapkan Mahasiswa dapat memperkecil kesalahan pada saat kita membuat media perbenihan bakteri dan melakukan mengidentifikasi bakteri yang terdapat pada bahan pemeriksaan.
          Materi Faktor Lingkungan membahas tentang factor-faktor lingkungan yang mempengaruhi pertumbuhan bakteri diantaranya suhu, cahaya, air, tekanan osmotik, pH dan Oksigen.
          Setelah mempelajari materi ini diharapkan Mahasiswa mengetahui factor-faktor lingkungan yang mempengaruhi pertumbuhan bakteri. 
            Kompetensi dasar
Mahasiswa memahami tentang factor lingkungan yang mempengaruhi pertumbuhan bakteri.
            Indikator :
            1. Mahasiswa mampu menjelaskan pengaruh suhu terhadap pertumbuhan bakteria
            2. Mahasiswa mampu menjelaskan pengaruh cahaya terhadap pertumbuhan
                bacteria
            3. Mahasiswa mampu menjelaskan pengaruh air terhadap pertumbuhan bakteria
            4. Mahasiswa mampu menjelaskan pengaruh tekanan osmotic terhadap 
                pertumbuhan bakteria
            5. Mahasiswa mampu menjelaskan derajad keasaman (pH) terhadap
                pertumbuhan  bakteria
            6. Mahasiswa mampu menjelaskan pengaruh oksigen dari udara
                terhadap pertumbuhan bacteria




4. 2 MATERI
1. Pengaruh suhu
    Tiap jenis bakteri mempunyai suhu optimum (suhu pertumbuhan paling baik).
    Berdasarkan hal ini bakteri dibagi dalam 3 golongan yaitu :

Golongan

Suhu pertumbuhan

Minimum
Optimum
Maximum
Psychrophilik
00C
10 0 – 15 0 C
300C
Mesophilik
15 0 – 25 0 C
25 0 – 37 0 C
40 0 – 55 0 C
Thermophilik
25 0 – 45 0 C
50 0 – 60 0 C
60 0 – 90 0 C
 Bakteri-bakteri patogen pada manusia termasuk bakteri mesofilik
 suhu optimumnya = suhu tubuh manusia ( 370C).

a.   Pengaruh suhu rendah :
         Suhu rendah sampai di bawah suhu minimumnya menyebabkan bakteri tidak dapat berkembang biak,pada umumnya bakteri tidak segera mati, bahkan ada yang tahan bertahun-tahun pada suhu –700C. Bakteri yang patogen pada manusia umumnya cepat mati pada suhu 00C.
b. Pengaruh suhu tinggi :
         Suhu tinggi lebih membahayakan kehidupan bakteri dibandingkan dengan suhu rendah . Bila bakteri dipanaskan pada suhu diatas suhu maksimumnya akan segera mati. Semua bakteri baik yang patogen ataupun tidak dalam bentuk vegetatifnya mati dalam waktu 30 menit pada suhu 60 0C– 65 0C. Kenyataan ini merupakan .dasar tindakan Pasteurisasi.

2. Pengaruh cahaya :
         Sebagian besar bakteri adalah chemotrophe,oleh sebab itu pertumbuhannya tidak tergantung adanya cahaya matahari.Pada beberapa species cahaya matahari dapat membunuhnya,karena sinar matahari merupakan sinar ultraviolet.

3. Pengaruh air :
          Air sangat penting untuk kehidupan bakteri terutama karena bakteri hanya dapat mengambil makanan dari luar dalam bentuk larutan (holophytis). Semua bakteri tumbuh baik pada media yang basah dan udara yang lembab, dan tidak dapat tumbuh pada media dan udara yang kering. Kenyataan ini merupakan dasar pengawetan bahan makanan dengan pengeringan.Pada suasana kering ini bakteri tidak dapat merombak bahan makanan yang ditempatinya.

4. Pengaruh tekanan osmotik :
         Air keluar masuk sel bakteri melaluiproses osmosis, karena perbedaan tekanan osmotik antara cairan di dalam dengan yang di luar sel bakteri. Protoplasma selalu mengandung zat yang terlarut di dalamnya, karena itu tekanan osmotiknya selalu lebih tinggi dari air murni. Bila bakteri dimasukkan kedalam aquadest maka air akan masuk kedalam sel bakteri, menyebabkan bakteri menggembung, kemudian pecah dan mati peristiwa ini disebut plasmoptysis. Sebaliknya bila bakteri ditempatkan didalam cairan hipertonis misalnya larutan NaCl pekat, air akan keluar dari sel bakteri menyebabkan lepasnya plasma dari dinding sel dan kematian bakteri peristiwa ini disebut plasmolysa
         Untuk kelangsungan hidupnya, bakteri tidak mudah dipengaruhi oleh tekanan osmotik cairan disekitarnya, karena mempunyai membrane cytoplasma yang secara aktif mengatur keluar masuknya zat ke dalam sel bakteri termasuk air. Akan tetapi larutan hypertonis di sekitar bakteriakan menyebabkan bakteri sulit atau sama sekali tidak dapat tumbuh bahkan dapat membunuhnya. Kenyataan ini dalam kehidupan sehari-hari digunakan untuk mengawetkan ikan asin dan dendeng.

5. Pengaruh derajat keasaman ( pH ) :
         Umumnya asam mempunyai pengaruh buruk terhadap pertumbuhan bakteri kebanyakan bakteri hidup dalam pH netral ( 7,0 ) atau sedikit basa ( pH 7,2-7,4 ) tetapi pada umumnya dapat hidup pada pH 6,5 – 7,5.
Bakteri-bakteri yang patogen pada manusia tumbuh baik pada pH 6,8 – 7,4  sama dengan pH darah

6. Pengaruh O2 dari udara :
         Untuk kelangsungan hidupnya, manusia dan binatang membutuhkan   (oksigen) yang diambil dari udara melalui pernafasan. Fungsi O2 sudah jelas yaitu untuk pembakaran zat-zat makanan di dalam sel-sel jaringan, sehingga dihasilhan panas dan tenaga. Pada tumbuhan mulai dari tumbuhan tingkat tinggi sampai tumbuhan yang bersel satu termasuk bakteri juga membutuhkan  O2  untuk kelangsungan hidupnya.
         Berdasarkan responnya terhadap O2   bebas bakteri dibagi dalam 3 golongan:
1. Bakteri aerob ( obligate aerob )
     Yaitu bakteri yang hanya hidup didalam lingkungan yang mengandung O2 
     bebas. Misalnya : Vibrio cholera, Corynebacterium diphteriae, Salmonella
     typhosa
2. Bakteri anaerob ( obligate anaerob )
    Yaitu bakteri yang hanya dapat hidup di dalam lingkungan yang tidak
    mengandung O2 bebas. Misalnya : Clostridum tetani,Clostridium perfringen.
3. Bakteri fakultatif anaerob :
   Yaitu bakteri yang daapt hidup di dalam lingkungan yang mengandung  O2+CO2
   5 – 10 %.  Misalnya : streptococcus pyogenes, Pneumococcus, Gonococcus.

4.3  Rangkuman
    - Faktor lingkungan sangat berpengaruh terhadap pertumbuhan dan
       perkembangbiakan bakteri.
   -  ada 6 faktor yang sangat mempengaruhi pertumbuhan bakteri yaitu
       suhu, cahaya, air, tekanan osmotik, pH, dan ……

4.4 Latihan
1.     Berikan 3 contoh larutan yang menyebabkan sel bakteri plasmoptysis
2.     Jelaskan bagaimana pertumbuhan bakteri jika disimpan pada suhu 40C
    3.   Jelaskan bagaimana caranya membuat suasana fakultatif anaerob.

4.5 Rujukan

1. Davis B.D.et al Microbiology.3rd ed, Harper and Row Publishers, Hagerstown, 
              Cambridge, New York, Philadelphia, San franciscos, London,Mexico
              City, Sao Paulo, Sydney.1980.

2. dr.Indan Entjang, Mikrobiologi dan Parasitologi, Penerbit Aditya Bakti
               Bandung 03

3.  Suharto&Aidilfiet Chatim Buku ajar Mikrobiologi Kedokteran UI, Bina rupa 
              Aksara